Sabtu, 02 Februari 2013

KEMACETAN SUMBER KEKESALAN

Jakarta - Aduh, kalimat itu diucapkan Fatiya (29) menghadapi kemacetan di Jakarta. Ya, sehabis hujan di akhir pekan menjelang libur panjang ini, macet di ruas-ruas jalan di Jakarta menggila. "Ini sudah 1 jam masih di Sudirman. Ini mau meeting di Semanggi," kata Tya saat berbincang dengan detikcom, Jumat (21/12/2012) pukul 15.10 WIB. Fatiya, eksekutif di sebuah perusahaan asing ini pun terpaksa mampir ke kantor rekannya lebih dahulu di Sudirman. Sebelumnya dia berangkat dari rumahnya di Kebayoran Baru. Dia tidak tahu sampai kapan macet mereda. "Macetnya gila," jelasnya. Selain Tya, Wiwih (35) seorang konsultan manajemen menghadapi nasib serupa. Macet benar-benar membuat jadwalnya kacau. Seharusnya sore ini dia ada meeting di Hayam Wuruk. Tapi macet membuatnya mengundur pertemuan. "Luar biasa macetnya," imbuh Wiwih. Kemacetan di Jakarta memang sudah semakin parah. Biasanya setelah hujan turun kemacetan menyebar di semua ruas. Kala hujan kendaraan berjalan melambat karena ada genangan dan ada juga karena pemotor yang berhenti di tiap terowongan di pinggir jalan. Kalimat ini saya ambil dari detik.com, kalau macet begini siapa yang harus di dahului? Apakah pejabat? Kita mempunyai hak yang sama ketika kita berada di jalan raya, siapa yang salah? Tentu tidak ada yang ingin di salahkan. Kalau menurut saya, untuk kedepannya, kita harus menerapkan kebijakan seperti di Negara tetangga yang harga sebuah mobil lebih murah dari harga pajak pembelian mobil tersebut, sehingga tentu berpikir berkali-kali untuk sebuah pembelian, Memang terlihat ini terlalu berat, namun nampaknya tidak ada pilihan lagi, semakin di besarkan jalannya semakin banyak kendarannya, harus kah kita menyalahkan pemerintah ketika kemacetan terus terjadi? Lantas siapa yang harus kita salahkan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar